Terapi cahaya biru dapat bantu ringankan gejala gegar otak

Pernahkah Anda mendengar tentang trauma kepala? Trauma kepala merupakan bentuk cedera fisik yang terjadi di daerah kepala, baik tulang ataupun otak, yang disebabkan oleh adanya benturan. Concussion atau gegar otak ringan merupakan salah satu trauma pada kepala yang paling sering terjadi. Tak hanya benturan pada kepala, adanya getaran yang diterima oleh tubuh juga dapat menyebabkan risiko concussion.

Pada dasarnya, penderita gegar otak ringan akan menunjukkan gejala seperti pusing, mual, hingga hilang kesadaran. Trauma ini juga bisa membuat penderitanya kehilangan kemampuan mereka dalam berpikir untuk sementara waktu. Selama tidak terdapat cidera yang serius, gegar otak ringan dapat diatasi dengan istirahat yang cukup dan mengkonsumsi obat-obatan pereda rasa nyeri seperti paracetamol. Selain itu, metode terapi cahaya juga diketahui dapat membantu mempercepat proses penyembuhan trauma ini.

Menurut hasil studi terbaru yang dilakukan oleh University of Arizona College of Medicine, peneliti menemukan bahwa terapi cahaya, khususnyanya cahaya biru, dapat membantu menurunkan gejala gegar otak, seperti masalah tidur, konsentrasi, dan depresi. Cahaya biru terbukti dapat membantu meningkatkan ritme sirkadian tubuh, khususnya siklus tidur dan terjaganya tubuh sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur serta suasana hati. Hasil ini didapatkan setelah peneliti melakukan analisa terhadap 35 orang dengan usia rata-rata 26 tahun dan diagnosa mengalami gegar otak ringan sebelumnya.

Dengan menggunakan alat tabletop yang dapat memancarkan cahaya terang, seluruh partisipan diminta untuk menjalani terapi ini selama 30 menit setiap pagi hari selama 6 minggu. Sebanyak 17 orang diketahui menjalani terapi cahaya biru, sedangkan sisanya hanya mendapatkan terapi cahaya plasebo. Hasilnya, mereka yang menjalani terapi cahaya biru diketahui mengalami penurunan pada gejala depresi hingga 22% dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan terapi cahaya plasebo yang hanya mengalami penurunan sebanyak 4%. Menurunnya gejala depresi ini berkaitan dengan perbaikan pada gejala lainnya.

 

Ditulis oleh Anggie Triana
Sumber foto: Getty Images

Sumber:

Jurnal Terbaru